KOTA MALANG - Sebanyak 14 orang Residen/PPDS dari Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis (PS – PDS) Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) melaksanakan clinical rotation/ stase dan belajar tentang teknologi nuklir serta tata laksana penanganan pasien di dua Perguruan Tinggi terkemuka di Negeri Jiran Malaysia.
Keempat belas (14) PPDS Radiologi ( dalam 7 bulan) sejak bulan September 2022 dikirim untuk belajar selama kurang lebih 1 bulan di 2 kampus terkemuka yakni Universiti Putera Malaysia (UPM) dan Universitas Kebangkitan Malaysia (UKM).
Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati P.W. M. Kes., Sp. Rad (K) saat diwawancarai menjelaskan bahwa kegiatan kolaborasi ini merupakan wujud dari kerjasama dan memiliki Mou dan MoA yang dilaksanakan Universitas Brawijaya dan FK dengan UPM dan UKM sejak tahun 2020 .
“Ini adalah salah satu aplikasi dari kerjasama ini kita mengirimkan PPDS untuk stase disana selama 1 bulan dan sampai saat ini kami sudah mengirimkan 14 orang ppds selama 7 bulan terakhir (sejak September 2022), ” kata Prof Yuyun, Senin (20/3/2023).
Ditambahkan oleh Guru Besar yang pernah menjabat sebagai WD 3 FKUB ini dan saat ini juga sedang menjabat sebagai Dekan FKIK UIN Maulana Malik sama seperti yang disampaikan WR IV Universitas Brawijaya pada Raker Fakultas Kedokteran kemarin, FK ingin memberikan atmosfer pendidkikan di luar negeri.
“Diharapkan para PPDS kita selain mendapatkan ilmu juga dapat melihat bagaimana Radiolog disana itu bekerja, bagaimana kehidupan dan hubungan antara dokter dengan pasien disana, sehingga nantinya ilmu yang telah di dapatkan bisa diaplikasikan dalam bekerja, ” katanya.
Pada kesempatan yang sama, 2 orang perwakilan PPDS Radiologi yang telah dikirim ke 2 Universitas mengaku bersyukur dan bangga atas kesempatan yang mungkin tidak didapatkan oleh semua PPDS pada Prodi atau universitas lain untuk belajar hal baru, ilmu baru dan kultur yang cukup berbeda dengan kultur di Indonesia.
“Kami belajar banyak hal, dimana ini adalah pengalaman pertama saya terbang keluar negeri dan saya tidak pernah membanyangkan awalnya saya berkesempatan belajar teknologi nuklir untuk kesehatan dalam penanganan dan diagnosa stroke di Malaysia, ” ungkap dr Wisniardhy yang merupakan alumni dari FKUB tahun 2013 ini.
dr.Wisni menambahkan, dia dikirim di Universiti Putera Malaysia ( di Hospital Pengajar UPM ) dibagian Radiologi.
“Disana saya belajar tentang nuklir PET CT. Dalam pengalamannya saya melihat Radiologi Nuklir dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk pembuatan atom dan radio nuklir karena disana dekat dengan pusat radio nuklir tentunya akan mempermudah dalam transfer, sementara di di Malang karena jarak tempuh dengan pusat nuklir cukup jauh maka akan mengurangi masa transfernya selain resiko waktu paruhnya akan cepat habis, ”katanya.
Baca juga:
Amankah Ibu Hamil Berpuasa?
|
Fasilitas Radiologi Intervensi disana sangat berbeda, disana adalah pusat stroke (neuro) MRI yang buka 24 jam , karena kasus akut tidak bisa dilihat dari CT Scan . Penangangan kasus stroke disana sangat cepat apakah kasus sumbatan atau kasus pendarahan dengan cepat akan dilaksanakan penanganan Trombektomi.
Teknologi Nuklir dalam penanganan Stroke dalam kasus yang terjadwal dalam 1 hari , dan tingkat kesadaran masyarakat nya untuk memeriksakan diri sangat tinggi.
“Saya merasa ini menyenangkan dan orangnya sangat welcome mereka bersedia dengan senang hati memberikan ilmu nya. Saya berharap kedepan kegiatan ini semoga tetap menjalin kerjasama yang baik. Karena belajar disana tidak bisa didapatkan dibagian lain, atau mungkin bisa menjalin kerjasama lebih luas lagi agar junior kita nantinya bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas lagi, ” katanya.
Sementara itu, Ike Sulistyowati menyebut dia mendapat kesempatan belajar di UKM selama 1 bulan untuk penanganan seperti MRI CT, Mammography dan Floroscopi.
“Bedanya disana saya belajar Proctogram itu pemeriksaan floroscopi untuk menilai detoksikasi pada otot dan UKM adalah rujukan yang melaksanakan hal tersebut, ” katanya.
Dia menambahkan, untuk angiografi masuk kedalam Radiologi intervensi, disana kasusnya sangat komplek yang dimana disini dilaksanakan oleh teman sejawat disana dilakukan oleh radiologi intervensi, dan sangat sibuk contohnya pemasangan cateter dan line line juga.
“Kalau pasien dengan kondisi edema (bengkak) kalau dibagian lain tidak bisa melakukan pemasangan disana dikirimkan ke radiologi intervensi dengan guiding USG, ” katanya.
Kesadaran kesehatan dari masyarakat di Malaysia sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker maka seluruh anggota keluarganya dengan sadar akan periksa mamografi.
Disana Malaysia multi etnis sehingga bisa mendapat ilmu dalam berinteraksi dengan karakter pasien yang berbeda lebih professional antara dokter dengan pasien.
“Kami berharap beberapa ilmu bisa diterapkan seperti guiding, dan bisa dilanjutkan lagi buat adik –adik kami, . Belajar dari orang besar disana yang bisa diambil ilmu dan pengalamannya dan mereka sangat baik, ” katanya. (An4nk_Humas FKUB/Humas UB)