KOTA MALANG - Profesor bidang mitigasi bencana Universitas Brawijaya, Prof. Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D memaparkan pentingnya pendidikan karakter kebencanaan bagi anak usia dini, untuk meningkatkan kesadaran mulai dari kecil agar sadar bencana.
Prof. Sukir dalam kegiatan Sidang Paripurna Majelis Dewan Guru Besar (MDGB) PTNBH, Rabu (15/3/2023) di Hotel Ijen Suit Malang, mengungkapkan pendidikan karakter kebencanaan diadopsinya dari program di Jepang yaitu town dan school watching.
Baca juga:
Poempida: IDCTA Promosikan Dekarbonisasi
|
“Hal tersebut digunakan untuk meningkatkan kesadaran anak didik mulai dari kecil agar sadar bencana. Ketika sadar bencana dimulai dari pendidikan TK dan SD, hal tersebut akan menjadi budaya. Jadi di Jepang sadar bencana sudah jadi budaya anak TK sehingga ketika ada bencana mereka sudah paham apa yang akan mereka lakukan. Ini tidak terlepas dari pendidikan di Jepang yang fokus pada karakter, ” kata Prof Sukir.
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur Dr. Nurkholis, SSos., MSi., CIPA., CIHCM Saat Menerima Vandel dari Prof Armanu.
Dia menambahkan dengan penanaman pendidikan karakter kebencanaan, akan ada multifungsi dari sekolah yaitu sebagai pendidikan karakter dan sebagai shelter ketika terjadi bencana.
Baca juga:
Warga Ubah Gang Sempit Jadi Kebun Sayur
|
“Ketika mereka mengalami bencana, tempat-tempat penampungan bagi pengungsi adalah di sekolah-sekolah, ” katanya.
Prof. Sukir memberikan saran di Indonesia sendiri ketika ada kebijakan awal zonasi maka seharusnya sudah diterapkan kurikulum kebencanaan pada siswa-siswi sekolah.
Baca juga:
Deklarasi Cisadane Bebas Sampah 2045
|
Dikatakannya, di dalam kesadaran kebencanaan yang dimodifikasi dalam bentuk school dan town watching. Ada kesadaran dari dalam diri masyarakat terkait kebencanaan.
“School watching kan lingkupnya di sekolah kalau town watching kan lingkup nya di kota atau desa mereka sendiri. Maksudnya adalah masyarakatlah yang bisa mengamati potensi bahaya. Kita yang ahli bencana pada saat terjadi bencana tidak berada di tempat tersebut. Oleh karena itu, masyarakatlah yang paham, masyarakat yang bisa, masyarakat yang tahu karakternya yang bisa mengevakuasi dirinya sendiri ketika ada bencana karena mereka yang menghadapinya sendiri, ” katanya.
Prof. Sukir menambahkan pengetahuan tentang mitigasi bencana seharusnya menjadi program pemerintah.
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur Dr. Nurkholis, SSos., MSi., CIPA., CIHCM menjelaskan hal-hal dalam menghadapi krisis lingkungan hidup dan sumber daya alam dalam mewujudkan indonesia emas 2045.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki visi pembangunan yang berkelanjutan secara umum adalah memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan tetap memenuhi prinsip ramah lingkungan dan tidak memiliki dampak sosial ekonomi.
“Untuk prioritas tahun 2023 kami sejalan dengan tema RKPR pembangunan nasional, dimana Provinsi Jatim ada peningkatan ketahanan bencana dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, kalau di pusat ada namanya nawacita, pada Provinsi Jatim ada Nawabhakti Satya yang mana lingkungan hidup itu masuk dalam kategori ke-9 yaitu Jatim Harmoni dengan mewujudkan harmoni sosial, alam dan lingkungan hidup serta melestarikan kebudayaan dan mengembangkan bidang olahraga. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat, ” katanya.
Dia menambahkan, secara konsisten mulai 2019-2022 Pemrov Jatim akan terus meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup.
“Kami juga memiliki Perda terkait dengan pemgelolaan sampah yang baru saja ditetapkan sebagai komitmen, ” kata Nurkholis. (NICE/OKY/Humas UB)